Minggu, 22 April 2018

Taukah kamu

SEJARAH JANTIKO MANTAB &
DZIKRUL GHOFILIN

Pada tahun 1964, Gus Miek sedang sowan kepada gurunya yaitu Nabi Khidir dan Nabi Ilyas. Lalu Gus Miek diperintahkan mendirikan wirit Aurot Lailiyah. Lailiyah itu dalam bahasa arab artinya dzikir di waktu malam. Pada tahun 1965 Aurot Laliyah didirikan pertama kali di Kelurahaan Kauman Tulungagung. Isi dari Aurot Lailiyah diantaranya terdapat di Al – Qur’an seperti Al- Fatehah, Asmaul Husna, Ayat Kursy, lalu para wali dan para ulama di seluruh dunia dikirimi surat Al - Fatehah. Seperti yang di dhawuhkan Gus Miek “Ulama sesepuh yang dikirimi Fatehah oleh orang-orang yang tertera atau tercantum dalam Dzikrul Ghofilin itu yang akan saya dan kalian ikuti di akherat nanti”. Awal Aurot Lailiyah, pertama kali jamaahnya tidak lebih dari 5 orang dan dipimpin langsung oleh Gus Miek dan berjalan sampai 5 tahun, lalu di teruskan oleh sahabat - sahabatnya, berjalan sampai tahun 1975. Aurot Lailiyah diganti namanya menjadi Dzikrul Ghofilin, dalam bahasa arab yang artinya dzikirnya orang-orang yang lupa (maksudnya kita manusia ini yang senantiasa lupa pada Allah, lalu dengan dzikir ini ditekankan supaya ingat selalu kepada Allah dimanapun kita berada).
Dahulu terjadi banyak pertentangan terhadap Dzikrul Ghofilin oleh para kyai besar, termasuk Kyai dari Lirboyo, Ponorogo, Jember, Jombang, Pasuruan, dll. Akhirnya Gus Miek Hijrah ke Jember menggandeng KH. Ahmad Shiddiq lalu di Pasuruan menggandeng KH. Hamid Abdillah, di Kediri menggandeng KH. Mundzir, di Magelang menggandeng KH. Dalhar. Beliau–beliau adalah wali dan tokoh yang dihormati oleh masyarakat disana. Tujuannya adalah menyebarkan Dzikrul Ghofilin lewat Kyai besar yang menjadi tokoh disitu, meskipun begitu masih banyak yang tidak cocok, mungkin banyak yang iri, su’udzon terhadap Gus Miek.
Pada tahun 1986 semaan Al – Qur’an didirikan menggunakan nama JANTIKO, semaan Al- Qur’an adalah kegiatan membaca dan mendengarkan Al – Qur’an berjama'ah atau bersama - sama, sekalian mendengarkan Al - Qur'an juga bersama - sama melakukan ibadah sholat wajib secara berjamaah juga sholat - sholat sunnah yang lain, dari ba'da Shubuh hingga khatamnya Al - Qur'an, seperti dhawuh Gus Miek ”Dalam sema’an ada seorang pembaca Al - Qur’an, Huffazhul Qur’an dan Sami’in”. Seperti ditegaskan oleh sebuah hadits: Baik pembaca maupun pendengar setia Al - Qur’an pahalanya sama. Malah di dalam ulasan tokoh lain dikatakan: “Pendengar itu pahalanya lebih besar daripada pembacanya. Sebab pendengar lebih main hati, pikiran, dan telinganya. Pendengar dituntut untuk lebih menata hati dan pikirannya dan lebih memfokuskan pendekatan diri kepada Allah SWT”. Beberapa tahun kemudian ditambah kata MANTAB. Jantiko diambil dari bahasa jawa yang artinya anti kolir, maksudnya jamaah anti putus asa, ngresulo, maksiat meskipun segi ekonomi atau fikiran jamaah lemah atau kurang ( “Fuqoro” ). Terbukti meskipun fuqoro namun setelah ikut Dzikrul Ghofilin dan semaan Al – Qur’an banyak yang menjadi rajin ibadah. Dan kata MANTAB diambil dari bahasa arab, MANTABA yang artinya orang - orang yang bertaubat.
SEKIAN CUPLIKAN SEJARAH DARI JANTIKO MANTAB & DZIKRUL GHOFILIN, SEMOGA BERMANFAAT DAN LANGGENG SAMPAI ILAYAUMIL QIAMAH.
AMIN…
---====000====---
INGAT..!!
Dhawuh Gus Miek “PENGAMAL DAN PENDEREK DZIKRUL GHOFILIN YANG BERHASIL ADALAH YANG PUNYA PERASAAN TIDAK LEBIH BAIK DAN TIDAK LEBIH SUCI DARI ORANG LAIN. NAMUN JIKA MEMPUNYAI PERASAAN LEBIH SUCI DARI ORANG LAIN, MAKA ORANG ITU GAGAL DALAM MENGAMALKAN DZIKRUL GHOFILIN“
Yang berhak menerima warisan Jantiko Mantab dan Dzikrul Ghofilin hanya putra – putra dan cucu Gus Miek saja. Haram hukumnya untuk orang lain yang mengaku sebagai pemilik, pewaris atau penerima Jantiko Mantab dan Dzikrul Ghofilin.
Putra – putra Gus Miek :
1. Gus Tajud
2. Gus Sabuth
3. Gus Robet
4. Gus Dewo
5. Neng Alfina
6. Neng Dannis

Rabu, 11 April 2018

Taukah anda

ALHIKAM Ke-57

“JANGAN MENINGGALKAN DZIKIR”

لاَتتـْرُكِ الذِكْرَ لِعَدَمِ حُضوُرِكَ مَعَ اللهِ فيهِ لاَنَّ غفلَتَكَ عن وُجُودِ ذِكرِهِ أَشَدُّ من غَفلَتِكَ فى وُجوُدِ ذِكرِهِ فعَساَهُ أَنْ يَرْفَعَكَ من ذِكرٍ مع وجودِغَفلَةٍ إلى ذِكرٍ معَ وُجودِ يَقظةٍ ، ومن ذكرٍ معَ وُجودِ يَقظةٍ إلى ذِكرٍ معَ وُجودِ حُضوُرٍ، ومن ذكرٍ معَ وُجودِ حُضوُرٍ إلى ذِكرٍ معَ وُجودِ غـَيْبَةٍ عمَّا سِوىَ المَذكـُورِ وَماَ ذٰلكَ على اللهِ بِعَزِيزِ .

"Jangan meninggalkan dzikir, karena engkau belum bisa selalu ingat kepada الله di waktu berdzikir, sebab kelalaianmu terhadap الله ketika tidak berdzikir itu lebih berbahaya dari pada kelalaianmu terhadap الله ketika kamu berdzikir." Semoga الله menaikkan derajatmu dari dzikir dengan kelalaian, kepada dzikir yang disertai ingat terhadap الله, kemudian naik pula dari dzikir dengan kesadaran ingat, kepada dzikir yang disertai rasa hadir, dan dari dzikir yang disertai rasa hadir kepada dzikir hingga lupa terhadap segala sesuatu selain الله. Dan yang demikian itu bagi الله tidak berat [tidak sulit]. “

  `Empat keadaan yang berkaitan dengan dzikir:

1: Berdzikir dalam keadaan hati tidak ingat kepada الله.

2: Berdzikir dalam keadaan hati yang ingat kepada الله.

3: Berdzikir dengan disertai rasa kehadiran الله di dalam hati.

4: Berdzikir dalam keadaan fana' dari makhluk, lenyap segala sesuatu dari hati, hanya الله saja yang ada.
Seorang salik tidak boleh meninggalkan Dzikir, disebabkan karena hatinya belum bisa ingat/menghadap kepada الله. akan tetapi ia harus tetap selalu berdzikir walaupun hatinya masih belum bisa khudhur.
Karena orang yang meninggalkan dzikir itu jauh dengan الله hati dan lisannya. berbeda dengan orang yang mau berdzikir, meskipun hatinya masih jauh dengan الله karena belum bisa mengingat الله waktu berdzikir, tapi lisannya dekat dengan الله.
karena tidaklah sulit bagi الله untuk mengubah suasana hati hamba-Nya yang berdzikir dari suasana yang kurang baik kepada yang lebih baik hingga mencapai yang terbaik. Menaikkan satu tingkat [derajat] kelain tingkat [derajat], dzikir adalah satu-satunya jalan yang terdekat menuju kepada الله, bahkan sangat mudah dan ringan.
Abu Qasim al-Qusyairy berkata: "Dzikir itu simbol wilayah [kewalian], dan pelita penerangan untuk sampai, dan tanda sehatnya permulaannya, dan menunjukkan jernihnya akhir puncaknya, dan tiada suatu amal yang menyamai dzikir, sebab segala amal perbuatan itu ditujukan untuk berdzikir, maka dzikir itu bagaikan jiwa dari segala amal. Sedang kelebihan dzikir dan keutamaannya tidak dapat dibatasi".
Allah berfirman:

(فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ)

"Berdzikirlah [ingatlah] kamu kepada-ku, niscaya Aku berdzikir [ingat] kepadamu." [QS. Al-Baqorah 152].

Dalam hadits Qudsi, Rasulullah ﷺ bersabda, bahwa Allah ﷻ berfirman: "Aku selalu mengikuti sangkaan hamba-Ku kepada-Ku dan Aku selalu bersamanya ketika ia berdzikir kepada-Ku. Jika ia berdzikir [mengingat] dalam dirinya. Aku pun berdzikir padanya dalam dzat-Ku dan jika ia berdzikir pada-Ku di keramaian, maka Aku pun berdzikir padanya dalam keramaian yang lebih baik dari pada kelompoknya, dan jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta, dan jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa, dan jika ia datang kepada-Ku berjalan, Aku akan datang kepadanya berjalan cepat."    

Abdullah bin Abbas رضي الله عنه berkata: "Tidak ada suatu kewajiban yang diwajibkan oleh Allah pada hamba-Nya melainkan ada batas-batasnya, kemudian bagi orang-orang yang berudzur dimaafkan jika ia tidak dapat melakukannya, kecuali dzikir, maka tidak ada batas dan tidak ada udzur yang dapat diterima untuk tidak berdzikir, kecuali jika berubah akal [gila].
Allah berfirman:

(لِأُولِي الْأَلْبَابِ)(الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ)

"... Bagi orang-orang yang mempunyai pikiran [sempurna akal]. Yang selalu berdzikir [mengingat] الله sambil berdiri, duduk dan berbaring." [QS. Ali-Imran 190-191].

Firman Allah:

(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا)(وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا)

[Surat Al-Ahzab 41-42]

"Wahai orang-orang yang beriman, Berdzikirlah [ingatlah] kamu kepada الله dengan dzikir sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang."

Yakni pagi, siang, sore, malam, di darat, di laut, di udara, dalam perjalanan [musafir] berdiam diri pada semua tempat dan waktu, bagi yang kaya, miskin, sehat, sakit, terang-terangan atau sembunyi dengan lisan atau hati dan pada tiap keadaan. `

•══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎══════•
◎ *اللهم اجعلنا من العلماء العاملين المخلصين*◎

Jumat, 23 Maret 2018

Taukah kamu

Mungkin banyak yang mengira, KH. Munif Djazuli, yang selalu berpenampilan stylist, pengampu pondok pesantren Queen Al-Falah yang begitu besar dan mewah adalah seorang hedonis. Namun asumsi itu tidaklah benar, karena ternyata beliau adalah sosok yang sangat sederhana. Bahkan menurut cucu KH Nurul Huda Djazuli, kakak KH MUnif Djazuli, Agus Nailil Author, KH Munif Djazuli itu tidak memiliki ndalem (rumah). Beliau dan ketiga belas putranya hanya tinggal dalam sebuah kamar yang letaknya di antara kamar-kamar para santri. Jadi bukan bentuk rumah yang beliau miliki untuk tempat tinggal, hanya kamar.

Hingga karena itu, Kiai Munif menjadi sosok yang lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam kamar. Kamar yang selalu dalam keadaan gelap gulita, tanpa secercah cahaya. Mungkin dalam keadaan sunyi inilah beliau lebih bisa untuk bertafakur dan mendekat kapada Allah. Sungguh cermin kehidupan kiai besar yang jauh dari gemerlap dunia.

Dalam hidangan makanan, beliau juga sangat sederhana. Jangan dibayangkan di meja makan beliau tersaji berbagai menu makanan, yang ada hanya makanan-makanan sederhana, seadanya yang cukup untuk penyuplai gizi sebagai bekal ibadah saja. Dan beliau juga menerapkan hidup sederhana ini ketika menyambut para tamu besarnya. Pernah saat itu mantan gubernur Jatim Imam Utomo, dan wakil gubernur Jatim saat ini Gus Ipul datang sowan. Kiai Munif hanya menghidangkan sajian sederhana, makanan yang beliau beli di depan pondok. Ini tak lain adalah untuk memberikan teladan betapa hidup itu tidak perlu bermewah-mewahan, cukup apa yang cukup untuk bekal beribadah saja.

Kesederhanaan ini selalu beliau tanamkan pada putra-putrinya, melalui cermin kehidupan beliau sehari-hari. Bahkan sempat ada yang menawarkan pada beliau agar putra-putrinya dibangunkan sebuah rumah, tapi beliau hanya menjawab, “Biar, sudah saya pasrahkan kepada Allah.” Bukan karena tidak mampu untuk membangun rumah yang mewah. Bahkan andai ingin membangun istana beliau akan bisa. Namun beliau lebih memilih hidup sederhana. Dan mempersembahkan semua harta yang dimiliki hanya untuk umat saja. Bahkan sampai menutup mata, semua sawah, dan apa yang beliau miliki semua diberikan kepada orang lain.

Semoga beliau diberikan tempat terbaik di sisi Allah SWT, dan kita teraliri barokahnya.
Alfatihah.

Selasa, 20 Maret 2018

Nasihat

Semoga menjadi inspirasi para wanita zaman now...Wanita cantik ini kerap dipanggil Umi Wahida istri dari Alm yarhamuh al-Habib Saggaf bin Mahdi Bin Syekh bin Abu Bakar bin Salim Parung Bogor umurnya sudah lebih dari 50 tahun, beliau bermimpi bertemu Rasulullah SAW pada umur 21 tahun, beliau berkata:
"Saya bermimpi bertemu Rasul bukan karena ibadah saya yg rajin, bukan karena sholat tahajjud tiap malam, bukan karena sering puasa melainkan karena patuh & taat pada suami saya..."
.
Waktu itu beliau merasa di Indonesia hanya seperti pembantu, menemani dakwah sang habib ke daerah sekitar bogor kalo di rumah hanya mengerjakan pekerjaan rumah saja, ya nyuci baju, masak, nyuci piring DLL..
.
Suatu hari beliau sempet mengeluh & hendak kabur balik ke Singapore negara beliau berasal, sehabis nyuci beliau masuk kamar dan menyusui anak ke 3 nya habib Muhammad kecil namun beliau ketiduran, dalam tidurnya beliau bermimpi melihat Rasulullah SAW yg membelah roti maryam & memberikan kepada Umi Wahida yg tertegun tanpa bicara melihat Rasulullah, kemudian Rasulullah memakan roti tersebut setelah selesai makan Rasulullah menaikkan jubahnya mengusapkan tangannya, seketika Umi teringat kepada suaminya yg setiap habis makan beliau juga menyingsingkan jubahnya & melakukan hal yg sama seperti Rasulullah, dimana setiap habib melakukan seperti itu beliau selalu suuzzhon kepada habib mengatakan "jorok" lalu Rasulullah pergi seketika Umi bangun & Habib masuk kamar menanyakan, "ada apa.?"
.
Umi menjawab saya baru bermimpi bertemu Rasulullah & sang habib pun membenarkan bahwasanya itu memang Rasulullah SAW..
Rahasia kecantikan beliau katanya saya itu malah sering ke sawah & jarang ke salon..
.
Pesan beliau kepada istri-istri jaman sekarang patuhlah kepada suamimu, carilah ridhoNya jangan buat suamimu marah, ijinlah kepada suamimu ketika hendak keluar rumah, berdandanlah untuk suamimu jgn berdandan untuk orang lain kebanyakan jaman sekarang justru terbalik..
.
Beliau adalah Seorang yang berpindah kewarganegaraan dari Singapura yang serba makmur ke pelosok Parung, Bogor.
Demi mengelola Pesantren dan menggratiskan pendidikan serta biaya hidup 15.000 santri, setiap hari ia mesti berpikir keras untuk menyediakan 7 ton beras serta kebutuhan lainnya.
.
Cita-citanya mulia, ingin menjadikan Yayasan Al Ashriyyah Nurul Iman Islamic Boarding School yang dikelolanya itu sebagai moda pendidikan Gratis dan berkualitas. Agar menjadi contoh bagi siapapun termasuk pemerintah kita.
Ini terbukti dengan beragam prestasi Internasional yang berhasil diraih santri-santrinya. Kehebatannya kian nampak manakala ditinggal wafat sang suami, al-Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abu Bakar bin Salim.Ia kini menjadi wanita mandiri yang tak hanya berhasil menghidupi dan mendidik 7 anaknya, namun juga 15 ribu santrinya hingga kini.

Semoga bermanfa'at.
Sumber : Guz Zimam Pekalongan...
SubhannAllah...
Allah humma shalli alla sayyidina Muhammad...

Wallahu a'lam..salaam🙏

Sabtu, 03 Maret 2018

Cerita hari ini

KETIKA KH. HASYIM MAYAK PONOROGO BERTEMU DENGAN GUS MIEK

    KH. Hasyim Sholeh merupakan salah satu Kyai Ponorogo yang disegani. Ada kisah menarik ketika beliau menunaikan ibadah haji. Seperti pada umumnya jama'ah Haji sewaktu akan pulang ke Indonesia, Kyai Hasyim berdo’a dihadapan Ka’bah, tiba-tiba disampingnya muncul sosok orang tua berpakaian putih wangi menitipkan lima jilid kitab kepada Kyai Hasyim untuk diberikan kepada Hamim Djazuli al-Jawi, nama yang belum pernah  dikenal dan didengar oleh Kyai Hasyim pada waktu itu. Ajaibnya, setelah menitipkan kitab tersebut kepada Kyai Hasyim orang tua tadi langsung menghilang.

Ketika dalam perjalanan pulang dari Mekkah, Kyai Hasyim menyempatkan diri untuk membaca seluruh isi kitab, tapi ada dua jilid kitab yang tidak faham sama sekali.

Selama perjalanan itu, Kyai Hasyim berusaha mencari informasi dan menanyakan setiap orang yang ditemui tentang sosok Hamim Djazuli al-Jawi hingga beliau tiba di rumah Ponorogo.
Konon, Kyai Hasyim mencari Hamim Djazuli Al-Jawi selama tiga bulan, dari Ponorogo sampai wilayah Jawa Tengah.

Tak lama berselang terdengarlah informasi tentang sosok yang bernama Hamim Djazuli tepatnya di daerah Kediri. Uniknya ada dua nama Hamim Djazuli; yang pertama berasal daerah Pare dan yang kedua daerah Ploso Mojo Kediri.

Kemudian Kyai Hasyim menuju daerah Pare menemui orang yang bernama Hamim Djazuli, ternyata ia adalah Petani Sawah. Selanjutnya Kyai Hasyim langsung melanjutkan perjalanan ke Pondok Ploso. Sebelum masuk daerah Ploso, Kyai Hasyim berniat melaksanakan sholat Isya’, lantaran jarum jam menunjukkan  jam 24.00 malam.
Beliau pun mampir di Musholla.

Sesampainya di teras Musholla, Kyai Hasyim kaget sebab teras itu digunakan orang-orang bermain Domino. Salah satu dari empat pemain domino itu juga terkesiap sambil melihat Kyai Hasyim berjalan menuju Musholla.

Kyai Hasyim membatin “Musholla koq digawe main kartu Domino” selesai sholat, Kyai Hasyim menuju Ploso untuk berkunjung ke rumah Hamim Djazuli Al-Jawi, beliau ditemui santri ndalem (khodam ndalem). Kyai Hasyim diberitahu oleh khodam itu bahwa Gus Miek pulang ke rumah biasanya mendekati waktu sholat subuh.

Kyai Hasyim menunggu kedatangan Hamim Djazuli Al-Jawi, tiba-tiba dari kejauhan datanglah sosok orang yang menutupi wajahnya dengan kain sarung. Tatkala berhadapan dengan Kyai Hasyim, penutup wajah berupa sarung itu dibuka, orang itu tersenyum sambil melangkah masuk rumah. Kyai Hasyim terperanjat bukan main, beliau menggumam “lho orang ini kan yang tadi main Domino di teras Musholla?!".

Akhirnya, dua sosok hebat ini bertatap muka dalam sebuah ruangan. Gus Miek menemui Kyai Hasyim tepatnya di ruang tamu seraya mengucap "Alhamdulillah Kyai Gede Ponorogo ndugi" (Kyai Besar Ponorogo datang). Untuk kesekian kalinya Kyai Hasyim terkejut dengan sapaan "Kyai Ponorogo". Padahal Kyai Hasyim tidak pernah sekalipun bertemu, apalagi berkenalan dengan Gus Miek. Bahkan masyarakat Mayak Ponorogo belum pernah ada yang memanggilnya dengan sebutan "Kyai Gede Ponorogo".

Kemudian Kyai Hasyim menceritakan kronologi mulai awal hingga akhir. Gus miek  mendengarkan tutur kisah Kyai Hasyim dengan seksama sambil tersenyum, Gus Miek pun mengucapkan alhamdulillah berulang kali.

Kyai Hasyim lalu menyerahkan kelima jilid Kitab (yang diberikan Orang tua Misterius di Mekkah) kepada Gus Miek. Kemudian Gus Miek berkata: "tiyang sepuh  ingkang kepanggih lan titip kitab 5 jilid dateng panjenengan niku sejatine Nabi Khidir."
Gus Miek menyerahkan 3 jilid kitab kepada Kyai Hasyim sambil menuturkan “niki damel panjenengan” (ini untuk anda) dan “dua jilid damel kulo” (2 jilid untuk saya).

Mungkin itu sebabnya Kyai Hasyim tidak paham isi dua jilid  kitab itu, mengingat Kyai Hasyim belum "maqom"nya untuk mempelajari 2 jilid kitab yang diperuntukkan Gus Miek. Selanjutnya, Kyai Hasyim pun meminta barokah do’a kepada Gus Miek.

Singkat kisah, bibarokati Kyai Hasyim menyerahkan kitab serta dibarengi doa dari Gus Miek, kini pondok pesantren Darul Huda Mayak menjadi salah satu pesantren terbesar di Jawa Timur dengan ribuan santri.

Narasumber : Ifdlolul Maghfur

Rabu, 28 Februari 2018

Cerita hari ini

PENDETA YAHUDI RINDU NABI ﷺ .

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

Di Kota Syam (Syiria) ada seorang pendeta Yahudi yang sangat
membenci Rasulullah Muhammad ﷺ.
Pendeta tersebut mempunyai sebuah kegiatan kerohanian yang diadakan tiap Sabtu,
dan dihadiri puluhan ribu jema’at.

Suatu saat ketika ia sedang mempersiapkan materi yang akan diajarkan,
ia menemukan sejarah keagungan Nabi Muhammad ﷺ dalam kitab Taurat yang dibacanya.
Semula terdapat delapan tempat dimana sejarah Rasulullah ﷺ tertulis dalam
kitab agungnya orang Yahudi itu.
Karena rasa bencinya kepada Rasulullah ﷺ, ia merobek delapan tempat tersebut.

Pada hari Sabtu berikutnya (pekan kedua) di kesempatan yang sama ia
menyiapkan materi kitab Taurat yang akan diajarkan kepada murid-muridnya.
Ia kembali menemukan keterangan dalam kitab tersebut yang menjelaskan tentang
sejarah Rasulullah ﷺ pada 16 tempat dan semuanya itu juga ia robek.
Kemudian pada pekan hari Sabtu berikutnya (pekan ketiga) saat ia mempersiapkan
materi untuk pengajian kitab Tauratnya, kembali ia menemukan 24 tempat dalam
kitab tersebut yang menceritakan tentang Rasulullah ﷺ dan semuanya pun juga dirobeknya.

Namun apa yang telah ia lakukan membuat ia menjadi penasaran ingin bertemu
dengan Rasulullah Muhammad ﷺ.
Ia berpikir jarak antara daerahnya (Syam) dan Kota Madinah adalah
perjalanan selama 30 hari (menggunakan onta), sehingga perjalanan itu
harus meninggalkan kegiatan rutinnya paling tidak 8 kali pertemuan.

Beberapa orang murid mencoba untuk mengingatkan sang pendeta Yahudi tersebut,
“Sebaiknya tuan pendeta tidak menemui Muhammad,
karena siapapun orang yang bertemu dengannya pasti akan tunduk padanya,
kalau nanti anda tunduk kepada Muhammad,
lalu siapa yang nantinya memimpin kami ?”.
Mendengar nasehat tersebut pendetapun mengurungkan niatnya
pergi ke Madinah untuk menemui Muhammad ﷺ .

Namun karena penasaran, sepekan kemudian sang pendeta kembali
mengutarakan keinginannya yang tertunda tersebut. 
Tapi kembali murid-muridnya melarangnya.
Hal tersebut terulang tiga kali.
Hingga akhirnya pendetapun berkata:
” Atas kebesaran Nabi Musa dan Kitab Taurat saya harap kalian
  memperkenankan saya bertemu Muhammad”.
  Dan para muridpun akhirnya merelakan pendetanya pergi
  menemui Nabi besar Muhammad ﷺ.

Singkat cerita, berangkatlah sang pendeta ke Madinah.
30 hari kemudian, setiba di pintu gerbang kota,
sang pendeta berjumpa seorang lelaki tampan, berkulit putih,
berbadan tinggi dan berbaju serba putih.
Ia mengira bahwa lelaki itu adalah Muhammad,
iapun menyapanya : “Assalamu Alaika yaa Muhammad”.

Namun tanpa disangka,
lelaki itu tiba-tiba menangis tersedu-sedu begitu mendengar sapaan tersebut.
Si pendeta terheran-heran.
Tak lama laki-laki itupun mendekati si pendeta dan menanyakan asal sang pendeta
“Anda dari mana ?”.
“Saya dari tempat yang jauh, dari Syam dan saya ingin bertemu Muhammad”
jawab si pendeta.

Mendengar jawaban tersebut, laki-laki itupun segera mengantarkannya ke Masjid Nabawi.
Di depan pintu masjid pendeta yang sudah tak sabar lagi bertemu Rasulullah ﷺ.
segera mengucapkan salam “Assalamu’alaikum, Assalamu Alaika Yaa Muhammad”.

Seketika semua sahabat yang berada di dalamnya menangis tersedu-sedu.
Ia semakin kaget karena setiap ia mengucapkan salam kepada penduduk Madinah
mereka langsung menangis.
Ketika suasana masjid makin penuh disesaki isak suara tangis,
sahabat Ali bin Abi Thalib كرم الله وجهه segera menemuinya dan terjadilah percakapan :

Ali كرم الله وجهه : “ Anda dari mana ?”
Pendeta : “ Saya dari tempat yang jauh, kota Syam”
Ali رضي الله عنه : “Ada keperluan apa anda kemari ?”
Pendeta : “Saya ingin bertemu Muhammad”,
Ali رضي الله عنه  : “ Terlambat…! Seminggu yang lalu beliau wafat,”
Pendeta (sambil penuh penyesalan) : “Kalau begitu saya ingin melihat jubahnya!”

Ali كرم الله وجهه lalu menyuruh sahabat Bilal bin Rabah رضي الله عنه untuk
mengambilkan jubah Nabi ﷺ di rumahnya.
Sesampai di depan pintu rumah, Bilal رضي الله عنه berkata
“ Wahai Sayyidah Fatimah, ada tamu ingin melihat jubah Rasulullah ﷺ ,
  saya disuruh sahabat Ali untuk mengambilkan jubah itu untuknya,”.

Sayyidah Fatimah رضي الله عنه segera membuka lemari tempat jubah disimpan.
Putri bungsu Rasulullah ﷺ itu langsung menangis teringat bau
harum tubuh ayahandanya tercinta.
Diciuminya jubah tersebut, sebelum beliau berikan kepada Bilal رضي الله عنه.
Bilal رضي الله عنه pun kemudian menangis sambil membawanya ke masjid Nabawi.
Dan begitu Bilal رضي الله عنه sampai di masjid,
semua sahabat yang berada di dalam masjid menangis teringat Rasulullah ﷺ .

Setelah Bilal رضي الله عنه menyerahkan jubah kepada Ali كرم الله وجهه ,
Ali كرم الله وجهه segera memberikan jubah tersebut kepada sang pendeta,
yang segera menciuminya seraya berkata :
“ Ternyata benar, dialah utusan Allah,
   beginilah bau harum Nabi Muhammad ﷺ seperti yang disampaikan dalam kitab Taurat !“.

Dan ketika jubah itu ia hamparkan,
ia melihat dua belas tambalan pada jubah tersebut,
sesuai dengan apa yang diterangkan dalam kitab Taurat.
Sang pendetapun makin yakin bahwa orang yang baru seminggu meninggal dan
ditangisi semua orang itu adalah Muhammad yang tertulis dalam kitabnya,
dan ia adalah utusan Allah ﷻ.

“ Wahai sahabat Ali, bagaimana cara saya bisa masuk Islam ?”, tanya pendeta.

”Katakanlah,
Asyhadu an Laa Ilaaha Illa Allah, Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah”
jawab Ali, lembut.

Sang pendeta segera mengikuti ucapan Ali كرم الله وجهه .
Maka resmilah ia menjadi seorang Muslim.

“ Wahai sahabat Ali!  Aku ingin berziarah makam Rasulullah Muhammad ﷺ”,
  pintanya tak lama setelah ia bersyahadat.

Ali كرم الله وجهه lalu menyuruh sahabat Bilal رضي الله عنه untuk
mengantarkannya ke makam Rasul.
Sesampainya di sana sang bekas pendeta mengangkat kedua tangannya seraya berkata :

“ Yaa Allah.. ! 
Aku ingin bertemu Nabi Muhammad,
namun kini aku sudah terlambat,
dan aku ingin agar engkau mempertemukanku dengannya di alam barzakh,
mohon matikanlah aku !”.

Tiba-tiba iapun terjatuh dan langsung meninggal dunia.
Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.
Para sahabat رضي الله عنه kemudian memakamkan mantan pendeta
tersebut di pemakaman Baqi, tak jauh dari masjid Nabawi dimana Nabi ﷺ
yang tadinya dibencinya itu dimakamkan.

Begitulah Allah ﷻ berkehendak memberikan hidayah kepada seorang pendeta Yahudi
yang sangat membenci Rasulullah ﷺ, melalui ayat-ayat yang tertulis dalam kitab Taurat.

Wallahu’alam bish shawwab.

اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد

Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad, Wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad..

Semoga bermanfaat
Silahkan share

Sirah Nabawiyah
Kisah 25 Nabi dan Rasul

Senin, 26 Februari 2018

Cerita haru ini

Ada dua orang habib datang ke rumah Abah Saggaf r.a. -- yang satu pendek dan yang satu tinggi.

Ketika mereka berdua bertemu dengan Abah, ia berkata kepada Abah: " Habib kalau sama murid-murid jangan terlalu baik/lembut nanti jadi manja".
Abah menjawab:  " Bagaimana tidak di manja soalnya saya sudah yakin bahwa semua murid saya adalah seorang waliyullah".

Mendengar Abah berkata seperti itu habib itu langsung diam.
Abah melanjutkan titahnya:  "bagaimana mungkin tidak jadi wali orang model-modelnya seperti itu. Coba besok kamu bangun subuh, bagaimana keadaan mereka, dan apa yang dilakukan mereka".

Keesokan harinya dua habib itu bangun melihat santri-santri Nurul Iman. Mereka melihat santri-santri sibuk mengantri air wudhu untuk shalat subuh berjama'ah. Saat itu juga habib itu duduk di kursi sambil menangis.
Kemudian Abah datang menghampirinya dan bertanya: "Kenapa habib menangis?".
Mereka menjawab "Seumur hidup saya di pondok, tidak pernah mendengar seorang Tuan Guru berkata kepada murid-muridnya adalah Waliyullah.
Lalu Abah bertitah: "Karena keyakinan saya yang sangat kuat tidak ada pondok seperti di Nurul Iman, yang mana setiap subuh semua bangun dan langsung berdzikir kepada Allah".

Pesan Abah:
"Murid-muridku sebenarnya kamu orang adalah Wali-wali Allah. Keramat kamu akan nampak nanti kalau kamu sudah keluar dari sini. Kalau di pondok keramatmu tidak nampak karena masih ada Abah. Jagalah pangkat yang kau miliki itu, dan jangan melanggar perintah Abah".
.
.
.
Teruntuk Abah, Sayyiduna Syekh Al Kabir Al 'Alim Al 'Allamah Al 'Arif billah Al Habib Saggaf Bin Mahdi Bin Syekh Abi Bakr Bin Salim.
Al Fatihah ~